salju

Sabtu, 31 Januari 2015

On Rainy Days | One Shoot




Title : On Rainy Days

Author : Tania Desy Utami a.k.a Han SungMi

Genre : Friendship, Sadness (with a little bit horror story)

Summary : ”Karenamu aku mengerti makna dibalik tiap tetesan hujan dan karenamu aku tau hujan tidak pernah membenci langit yang selalu menjatuhkannya berkali-kali..



~HAPPY READING~



Pagi hari yang sangat tidak kusukai. Ya, hujan seperti biasanya, dan ini yang sangat membuatku malas untuk beranjak dari kasurku. Dan kalian tau? Dari dulu aku sangat tidak suka saat dimana langit mulai menggelap apalagi jika turun hujan. Bukan hanya itu, kalian tau petir? Sampai kapanpun aku tidak akan menyukainya, selalu mengagetkan!


***



Aku menggeliat, tentu saja karena rasa dingin mulai merajai seluruh badanku. Kutarik selimut yang tak jauh dari jangkauan kakiku, kututupi seluruh tubuhku hingga terbungkus sempurna layaknya kepompong yang belum bermetamorfosa.


“hey! Jung hana! Kau tidak bangun?”

Aku tau Minji sudah bangun dari tadi, dan sekarang aku pura-pura tak mendengannya saja, karena sungguh aku malas meniggalkan kasur kesayanganku.



“HEY BANGUUUNNNN!!!”


Haisshh.. caranya yang satu ini benar-benar membuatku gila. Dia membuka selimut pertahananku dan meneriaki telingaku!




“ah kau ini. Kau hampir memecahkan telingaku tau!” omelku sembari mengusap usap telingaku yang memanas


“baru hampir kan? Belum aku pecahkan telingamu? Sudahlah cepat mandi, hari ini kita ada kelas pagi!”

Dia menarikku dengan paksa, mendorongku hingga tepat didepan kamar mandi. Aku sudah biasa dengan hal ini, saat aku malas bangun dia yang menjadi ibu keduaku. Hahaha aku saja bingung dengan kehidupanku sekarang, selalu begini tiap bertemu hawa hujan.


***



 “Ayo berangkat.” Sahut Minji dari ambang pintu


“Tidak bisakah kita libur saja, o?” rengekku yang sedari tadi memegang malas kaus kaki


“ah yasudah, aku tinggal!” Dia beranjak pergi, dan benar saja dia meninggalkanku.


“aku bercanda. Hey tunggu aku! Hey! Minji-ya!!”

Segera kukenakan kaus kaki ini, dan secepat kilat aku menyambar tasku yang aku letakkan disofa dan kukejar sosok Minji yang sudah nyelonong duluan.



***


Dalam perjalanan menuju kampus kita hanya diam. Terfokus pada jalanan licin, bukan karena saling memendam rasa emosi dengan pembicaraan sebelumnya, melainkan karena jalanan yang banyak genangan air, mata melengos sidikit saja mungkin kaki yang menjadi korban lubang-lubang ini.


“Hana-ya, yang kemarin itu siapa?”

Minji memulai pembicaraan ditengah susahya perjalan yang sedang dilalui. Tanpa menghentikan langkah dan mata yang masih terfokus kebawah, fokus dengan jalanan berair.


“siapa apanya?” jawabku dengan mata masih memandangi jalan


“Laki-Laki yang menyapamu didepan kantin.”


“oh itu.. dia hanya teman.” Jawabku sengenaya

Segera aku mempercepat langkahku hingga Minji sedikit tertinggal dibelakangku. Bukan apa-apa, aku hanya tidak enak jika dia sudah menanyakan tentang Jaekyung.


“Hey tunggu! Jung Hana!”



***


Sesampainya dianak tangga terakhir dilantai 4 kampus tepatnya, perlahan aku mengatur nafasku yang serasa terputus-putus didada. Dan disanalah pandanganku menangkap sosok Jaerin. Dia melambaikan tangan agar memperjelas keberadaannya. Aku melangkah mendekati Jaerin, disusul Minji dibelakangku.

Memang sepi, ah bukan. Sangat sepi tepatnya! Tidak heran jika hanya ada Jaerin seorang, wajar bagi mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak ada niat dan semangat untuk kuliah. Memang tidak dipungkiri, aku saja sering merasakan kemalasan yang luar biasa. Hahaha


“Kau sendiri?” Tanyaku pada Jerin, saat ini aku sudah berada tepat dihadapannya, sedangkan Jaerin sedang duduk tepat didepanku.


“Tidak! Aku bersamanya.” Jawab Jaerin sambil menepuk kursi kosong disampingnya


“oh hai.. sejak kapan kau mengenal Jaerin temanku?” Minji melambai pada kursi disamping Jaerin


“hai kursi.. boleh aku mendudukimu? Baiklah, kududuki kau.” Sapaku dan langsung menduduki kursi disamping Jaerin



Keadaan absurd seperti ini memang sudah biasa bagi kita, sehari saja tanpa kekonyolan mungkin seperti tercekik rasanya.

Perlahan Miji mulai duduk disampingku, sambil menunggu teman lainnya yang tak kunjung berdatangan.


“Ah ya, aku ingat! Yang kemari itu siapa?” Tanya Jaerin tiba-tiba padaku dan 100% membuatku kaget


“Oh iya kau belum menjawabku. Laki-laki yang kemarin menyapamu. siapa dia?” Minji menimpali dan 2kali lipat membuatku gugup


“ah dia hanya..”



“HEYYY KALIANNN!!”

Yejin! Ya, itu suara Yejin! Walau aku belum mendapati sosoknya tetapi aku sudah mengenali suara khasnya. Sepertiya dia sedang menaiki tangga menuju keatas. Ah Yejin, setidaknya kau menyelamatkanku kali ini.



“itu bukannya suara Yejin?”

Pura-pura aku bertanya pada Minji dan Jaerin dan tentu saja untuk menghindari pertanyaan gila sebelumnya.


“Memang benar dia!” Minji membenarkan setelah melihat Yejin dari kejauhan. Dan sebaliknya, Yejin yang menyadari adanya kita bertiga, dia mulai melangkah mendekat


“Jangan-jangan kalian tidak tau kalau Mata kuliah untuk hari ini diliburkan ya?” Kata Yejin dengan enteng
“Satpam tadi bilang, karena banyak yang kena banjir jadi lebih baik diliburkan!” tambah Yejin


“HAHH!!” sahutku, Minji, Jaerin serentak

Entah perasaan apa yang pantas untuk sekarang. Ingin rasanya kumaki setiap orang. Dihari hujan seperti ini, disaat kemalasanku memuncak, aku mencoba untuk bangkit, mecoba untuk membuang semua yang aku jelas-jelas tidak suka. Kenapa sejak awal tidak ada yang bilang kalau perkuliahan diliburkan, kan aku tidak susah-susah bangun disaat dingin!



***


Kami mulai menuruni tangga dengan hati yang masih kecewa, melangkah meninggalkan kelas dan beranjak meninggalkan kampus.
Minji, Jaerin dan Yejin mendahuluiku karena memang perut mereka yang katanya sudah tidak karuan menahan lapar.


Sesampainya dilantai bawah, aku berjalan ditengah lapangan dan tanpa sadar sesuatu membasahi wajahku. Aku mengusap sedikit dahiku dan mendongak ke atas langit.


“ah sial! Hujan!”


Aku menggumam lagi sambil berlari kecil, tentu saja sedikit marah dengan perlakuan pihak kampus yang meliburkan kuliah secara mendadak. Tapi ditengah-tengah itu, ada sedikit yang mengagetkanku, Jaekyung. Ya, Lee Jaekyung tiba-tiba muncul dihadapanku.



“Hai Hana nuna?” sapanya hangat *nuna: kakak(pr)


Sontak aku kaget, dia itu seperti alien atau semacamnya, selalu muncul disaat tidak tepat seperti sekarang, disaat hujan, disaat aku membenci keadaan sekitar. Ah satu lagi, minggu lalu tepatnya, dia menyapaku di tengah hujan deras, aku sempat membencinya karena muncul disaat aku dalam keadaan hati yang buruk. Tapi karena tiap kali dia menyapaku dengan senyum hangatnya, aku malah merasa sebaliknya. Dan kemarin, sesaat setelah hujan deras, dia menyapaku didepan kantin kampus, dengan senyumnya yang mudah bergaul, dia menanyaiku tentang seorang wanita yang kalau tidak salah namanya Hae seol, Im Hae seol. Tapi anehnya, saat aku tanya balik dia malah entah pergi kemana, seperti yang aku katakan dia seperti alien atau semacamnya.


“Hana nuna.. kau mengabaikanku?” Tanyanya sembari melambai lambaikan tangan didepan wajahku


“ah ya, kenapa?” jawabku polos


“benarkan, kau mengabaikanku”
Wajahnya cemberut, tidak enak juga melamunkannya sampai mengabaikannya seperti tadi.


“ah tidak. Aku hanya teringat sesuatu.. oiya, hari ini kan libur kenapa kau malah berangkat?” Tanyaku sambil cepat-cepat merapat ketembok sembari menepuk-nepuk bajuku yang sedikit basah


“Karena aku hanya bisa menemuimu saat dimana turun hujan. Hehehe”


“Kau bercanda? Salah jika kau ingin menemuiku saat hujan. Karena aku tidak menyukai hari dimana hujan turun”


“tapi aku menyukainya. Aku menyukai apapun tentang hujan.”


“kau sangat berbanding terbalik denganku. Kau menyukai apapun yang berkaitan dengan hujan, sedangkan aku, mendungpun aku membencinya.”
Aku terkekeh dengan pengakuanku barusan, memang benar aku sama sekali tidak menyukai hujan.


“kau tidak menanyaiku kenapa aku bisa menyukai hujan?” Tanyanya konyol dan beralih memfokuskan pandangannya pada wajahku yang tentu sangat membuatku canggung.

Aku clingukan, takut ada yang melihatku berdua dengan Jaekyung. Bukan apa-apa, hanya takut kesalahpahaman, karena dulu dia bilang pacarnya juga kuliah disini, hanya saja dia beda semester denganku, 2 semester dibawahku.


“Memangnya apa yang membuatmu menyukainya?” tanyaku dan memberanikan diri untuk memandang wajah pucatnya


“Karena hujan tidak pernah menyalahkan langit yang selalu menjatuhkannya berkali-kali..Dan walaupun sudah terjatuh dia akan kembali lagi keatas.”



DEG!!


Kupandangi wajahnya yang sekarang sedang memandang langit dengan sedikit muram. Entah apa yang dipikirkannya tapi perkataannya itu, kata-kata yang barusan dia katakan, sedikitpun tidak pernah terfikirkan olehku, aku berfikir sejenak, dan benar saja, kata-katanya tadi menyimpan banyak makna.

Sedikit aku menoleh kearahnya lagi, memandangi lekat wajah hangatnya yang sedikit pucat. Orang ini.. benarkah orang ini baru saja mengatakan hal yang diluar pikiran logikaku. Selama ini aku membenci hujan tanpa alasan yang pasti, hanya karena dingin yang menusuk, hanya karena petir yang lalu lalang dilangit gelap yang kian kerap mengagetkanku, hanya karena genangan air dimana-mana. Ah, ingin rasanya aku memukuli kepalaku!


“Hana nuna? Kau tak apa?Katanya yang berhasil mengagetkanku untuk kesekian kalinya


“Ah ya, aku tak apa. Emm, mengenai perempuan yang bernama Hae seol, apa dia pacarmu?” tanyaku memberanikan diri


“oh itu, iya dia memang pacarku. Tapi itu dulu sebelum aku...”


“Ah hujannya sudah reda, Jaekyung-a apa kau mau...”

Kembali aku dibuatnya kaget, belum sempat aku melanjutkan kata-kataku dia malah menghilang, seperti biasanya menghilang tanpa sepengetahuanku.


“haissh.. dasar tidak sopan. Awas kau kalau ketemu lagi.”



                                                          ***             



Sesampainya dikantin, aku dihujani dengan omelan Minji dan Jaerin, belum lagi mulut Yejin yang sekalinya mengomel susah buat berhenti. Memang ini juga salahku, menemui Jaekyung tanpa sepengetahuan mereka. Habis mau bagaimana lagi, kalau mereka tau bisa-bisa aku dihujani pertanyaan konyol yang berkelanjutan.


“Hey Jung Hana, kau ini hampir membuatku gila tau! Dari mana saja kau, ha?” omel Minji


“oh itu.. tadi.. emm... hanya.. ada sedikit urusan. Iya, sedikit urusan.. hehe” jawabku ngasal


“kau ini. Cepat makan, keburu mie nya dingin.” Jaerin menyodorkan semangkuk mie soto kesukaanku


“Dan ini, teh hangat. Ett.. jangan lupa bayar sendiri!” kali ini Yejin yang menyodorkan.


“Makasih my beloved beloved beloved bestie” aku merenggangkan tangan tepat dihadapan mereka bertiga


“STOPPP!!” reflek mereka bebarengan



***



#NextDay

Pagi ini matahari menyinari bumi dengan sempurna, mencerahkan pagi yang biasanya diselimuti dengan langit gelap, dan tentu hari ini suasana hatikupun cerah. Walau mungkin hujan turun dipagi ini, semampuku aku ingin tersenyum cerah untuk pertama kalinya saat hujan turun. Bukan karena apa-apa, hanya saja aku teringat perkataan Jaekyung kemarin.


“Ayo berangkat!” Ajakku pada Minji


“Tumben sekali, masih ada waktu 15menit. Kau yakin mau berangkat?”


“Eyy.. kau ini. Tentu saja, karena hari ini cerah, bukankah seharusnya akupun begitu?” jawabku sambil menyambar tas gendong kesayanganku


“Ya ya baiklah kalau begitu, ayo!”


***


Tidak seperti biasnya, suasana kampus mendadak ramai padahal masih pagi begini. Aku dan Minji mencoba mendekati kerumunan yang ada didepan papan pengumunan. Dan saat itu, aku tak sengaja mendengar obrolan kecil antar mahasiswa yang mengatakan ada dua mahasiswa kampusku yang meninggal akibat tak kuat menahan hawa dingin saat menaiki gunung.


Aku semakin penasaran dan mencoba mendekati selebaran kertas yang tertempel pada papan pengumuman tersebut, dan betapa kagetnya aku melihat satu foto dari dua foto mahasiswa itu yang tenyata sama persis dengan sosok yang aku temui kemarin. Tidak sampai disitu, jantungku seakan lompat dari tempatnya setelah aku melihat keterangan di bawah foto tersebut.



LEE JAE KYUNG. 19TAHUN. FAKULTAS ILMU KOMPUTER


Mendadak pusing yang aku rasakan, seakan tidak percaya dengan apa yang ada dihadapanku, dengan kenyataan yang sekarang sedang menerpaku. Lalu, siapa Jaekyung yang minggu lalu meyapaku dengan senyum hangatnya, yang 3 hari lalu menyapaku sekilas setelah hujan reda, dan yang kemarin berbicang denganku saat hujan turun? Sedangkan berita kematiannya satu minggu yang lalu, itu berarti tepat dihari pertama aku bertemu dengannya.


“Hey Jung Hana, kau kenapa?” Tanya Minji yang merasa keanehan padaku


 “Minji-ah, apa kau akan percaya jika aku ceritakan?”

Aku tambah tak karuan, pusing yang tadinya hanya dikepala kini mulai merambah keseluruh tubuhku.


“Jangan-jangan kau?”


“Apa kau akan percaya jika kukatakan aku melihat dia kemarin? 3hari yang lalu dan 1minggu yang lalu?”

Minji terdiam, seakan dia mengerti perkataanku, mengerti dengan kenyataan yang aku alami walau dia tidak melihat dengan jelas sosok Jaekyung.


“Aku percaya. Karena aku sempat melihat dia menyapamu walau hanya sebentar”


Sementara itu, aku melihat gadis yang sepertinya paling terpukul dengan berita ini. Aku mencoba bangkit dari ketakutaku dan mencoba mendekatinya.

Apa mungkin dia itu Hae seol? Im Hae seol yang sempat Jaekyung bicarakan denganku?



“Yang tabah ya Hae seol, kita tau ini berat untukmu”



Benar dia orangnya! Im Hae seol pacar Jaekyung yang dia tinggalkan tanpa sempat dia mengatakan kata terakhir untuk pacarnya itu. Perlahan aku mendekatinya, ikut duduk jongkok disampingnya.


“a.. apa.. k..kau yang bernama Im Hae seol?” tanyaku hati-hati


“iya benar. Kenapa?”
Dia perlahan menghapus air matanya yang sedari tadi membasahi pipi mulusnya.


“ah aku tau kau orangnya. Kau pacar Jaekyung kan? Kau tau? Jaekyung sangat mencintaimu, dan kau tau tujuannya mendaki karena dia ingin mengibarkan bendera namamu sebagai hadiah ulang tahunmu.”


“Dari mana kau tau? Kau.. bukankah kau.. maksudku aku tidak mengenalmu.. kau temannya?”


“Iya aku temannya.. dia mengatakan padaku kalau dia sangat menyayanyimu dan juga dia mengatakan kalau dia... sangat.. menyukai hujan.”


hiks.. entah apa hubungan kalian.. tapi kau mengetahui kalau dia menyukai hujan.. iya benar. Dia memang sangat menyukainya, katanya...”


“Karena hujan tidak pernah menyalahkan langit yang selalu menjatuhkannya berkali-kali. Dan walaupun sudah terjatuh dia akan kembali lagi keatas.” kataku sama seperti yang dikatakan Jaekyung kemarin saat kita bertemu


“kau bahkan mengetahui dengan pasti. Hiks.. hiks Jaekyung-ah. Aku harap kau tenang disana.”


***
 
 

‘Just one day…I want to be yourself. Let me be the rain droping, Jaekyung-ah’



***


Kalian tau? Ini pelajaran paling berhargaku. Pelajaran yang orang lain belum tentu mendapatkannya. Aku berjanji untuk hari ini, besok dan seterusnya bahwa aku akan mencoba tidak membencinya, membenci hujan seperti sebelumnya, memaki tiap genangan air dijalanan. Karena hujan tidak pernah menyalahkan siapapun, dia rela terjatuh berkali-kali, dia rela jatuh di tempat yang walaupun tidak dia inginkan, dia rela kembali lagi keatas, kelangit, dan kemudian dia rela untuk terjatuh kembali. Jaekyung-ah, kuharap kau sepertinya, menjadi seperti hujan yang sangat kau sukai.


-END-
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar