salju

Jumat, 03 Oktober 2014

When heart is calling | One Shoot






Title : When heart is calling
Author : Tannia Desy Utami a.k.a Han SungMi
Genre : Romance, Friendship, Galau
Summary : ” Jika suatu saat pandangan kita bertemu satu sama lain, itu adalah takdir terindahku…”


-HAPPY READING-


Sinar matahari pagi menyeruak, menembus masuk tirai gordeng kamar kostku.
 Suara burung pagi mulai menyapaku secara bergantian, tidak lama setelahnya terdengar samar suara tapak langkah kaki dari luar ruang kamarku yang memang tak jauh dari jalanan gang kecil.


***

Entah apa yang membuatku malas untuk bangkit dari tidurku.
Lama aku berfikir sejenak dengan apa yang telah terjadi semalam.
Ya. aku baru ingat, semalam aku menangis kecil dalam tidurku, menangis hanya karena memikirkan hal-hal sepele dan berujung teringat pada peristiwa dimana perasaan malu, emosi juga perasaan ingin terjun dari lantai 4 gedung kampus merajai otakku.


***

Aku mulai bangkit perlahan, bangun dengan keadaan otak, jiwa juga raga yang seakan belum terkoneksi. Melelahkan? Tidak! Justru perasaan semalamlah yang membuatku lelah.

Perlahan mulai kudekati cermin dikamar, kupandangi muka lusuh akibat galau semalam. Mata sembab dengan kantung mata yang condong kebawah, muka penuh minyak akibat malas cuci muka sebelum tidur, juga rambut yang tak kalah berantakan.

Aku menguap sembari menekan nekan kantung mata besarku

 “Benarkah separah ini?”


***


Aku bergumam, melirik sekitar kamar, dan kudapati teman sekamarku yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia melirikku, aku tau dia sepertinya ingin menanyakan sesuatu, tapi aku pura-pura tak tau, aku hanya takut ketahuan kalau semalam aku menggila, menangis hanya karena hal yang, ah bahkan aku mulai malas membahasnya lagi.

Segera kutarik handuk yang tak jauh dari jangkauanku, yang ada dipikiranku saat itu hanya mandi, mungkin dengan mandi bisa menghilangkan bekas sialan dimata ini.


***


“Ah sial, adakah di dunia ini program install ulang otak manusia?”

Menggumam saat mandi, itulah salah satu kebiasaan gilaku.
Aku merasa gila,dan hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulutku sejak tadi malam.

Aku merasa tambah tak karuan, kusudahi acara mandiku dan bersiap-siap berangkat ke kampus. Sebenarnya hari itu hari paling malas pergi ke kampus, malas menundukkan kepala, malas mengumbar senyum hanya karena ingin menyatakan aku baik baik saja , dan lebih malas bertemu orang yang justru tak ingin dilihat juga tak ingin tau keberadaannya. Ah shit, mulai kebawa emosi lagi!!


***


Selesai kuliah aku langsung menuruni tangga kampus menuju masjid, sudah aku katakan bukan? Saat itu aku 
pasti tersenyum, senyum dengan keadaan batin yang porak poranda-_-


***


“Jung Hana!”


Aku menghentikan langkahku, menengok kearah belakang, membelokkan badanku tepat 180derajat, mencari sumber suara yang jelas-jelas aku mendengarnya.

Lama aku pandangi sekeliling tapi ‘nihil’.Dari situ aku merasa tambah tak karuan, aku merasa otakku dipenuhi jaring laba-laba yang tak berpenghuni.

“ini gila!”

Pikiranku mulai kacau, kuseret kedua kakiku melangkah mengikuti teman-temanku yang sudah agak  jauh dari tempatku.


***

#Next Day

Masih sama seperti hari kemarin, malas ke kampus!
Ah, sialnya aku benar-benar malas berangkat. Sedikit kegalauan kemarin malam masih saja bersarang di otak.
Aku berjalan sedikit tak bergairah, bagaimana tidak, ini panas!


***

Teman sekamarku berjalan mendahuluiku, aku sedikit berjalan cepat mengikutinya dari belakang.

“Jalan pelan-pelan ini panas.” Sahutku

“Justru karena panas kita harus cepat.” Balasnya tanpa menoleh kearahku

Ah ya benar ini panas, aku tidak memikirkan seberapa panas cuaca sekarang, aku hanya merasa panas pada hatiku.


***


Memasuki gerbang kampus, aku merasakan sedikit keanehan, entah apa itu, hanya saja seperti ada sepasang mata yang sedang memandangiku dari kejauhan, sepasang mata yang tidak seperti biasanya, bukan seseorang yang akrab denganku, bukan juga mata yang aku kenal, ah sial aku gugup!


Aku berjalan cepat menaiki tangga kampus, tak menghiraukan orang disekelilingku, aku hanya terfokus pada pijakanku pada anak tangga.

2 space

2 space

Begitu seterusnya

Tidak seperti hari biasa, menaiki tangga dengan hati-hati dan hanya dengan selisih 1 space, Kali ini aku mengambil langkah cepat, membuka lebar kakiku agar bisa menjangkau 2 space anak tangga, apalagi kalau bukan ingin cepat sampai kelas.



***


Seusai perkuliahan aku merasa sedikit mendapatkan ketenangan, merasa menjadi diriku sendiri, rempong seperti biasa, tertawa lepas seperti biasanya.

 ‘Ah thanks a lot my besties, cause all of you I can laugh like an idiot.’ Gumamku dalam hati

Perasaan tercekik kegugupan juga kegalauan 2 hari lalu kini perlahan mulai sirna, aku bersyukur, bersyukur karena diberi teman-teman yang selalu menerima, menyapa setiap tangan yang membutuhkan pelukan hangat sahabatnya, walau mereka tidak tau persis apa yang aku rasakan.


***

“Jung Hana!”


DEG!


‘Bukankah itu suara kemarin?’


Perlahan kuraih kacamataku yang kugantungkan di kerah baju, mengenakannya sesegera mungkin, mencoba menemukan orang yang menurutku sedang mengisengiku. Tahukan kalian apa yang kutemukan? Yes, NIHIL!


“Jung Hana, apa yang kau lakukan? Cepatlah!” Min Ji teman sekamarku memanggilku dari kejauhan.

“Kau sedang apa? Cepat, ini sudah masuk waktu shalat” Ye Jin mulai menimpali

Aku tidak menjawab mereka, mataku masih mencari ke tiap penjuru kampus. Dua detik kemudian aku merasa gugup.

‘ belum cukupkah kegilaan ini?’  Ah sialan, hanya karena ini aku benar-benar menjadi calon orang idiot.


***

Segera aku berlari kecil menghampiri sahabatku menuruni tangga.

Ada yang tak biasa saat aku perlahan mulai menuruni tangga,di bawah sana  aku mendapati sosok aneh. Bagaimana tidak, orang itu terus melihatku. 

Dia mulai menaiki tangga dengan mata yang masih tertuju padaku, seketika aku gugup, langsung aku menoleh kearah lain, berusaha tidak mempedulikannya, dan tentu berusaha menghindari matanya. Aku bukan takut, aku hanya saja merasa kegugupan yang menggila.

‘Ah sial!’

Jarakku dengan orang itu semakin dekat, hingga aku memutuskan untuk berusaha tenang dengan  mengajak bicara Hye Min. Mungkin ini cara kampungan, tapi setidaknya aku bisa sedikit terhindar dari rasa gugup.


***

 Aku berusaha menanyakan hal-hal konyol pada temanku, dan tentu saja dia menjawab dengan kekonyolannya, kita tertawa, Yes!

Dan saat itulah aku dan orang itu hampir berpapasan, matanya sedikit melirikku, dan anehnya bukan lirikan sinis atau semacamnya yang aku dapat, melainkan aku merasa dia orang baik. Aku diam, tidak tau hal konyol apa lagi yang harus aku tanyakan pada temanku,  aku mencoba mengatur nafas, ini gila aku gugup! 

Aku memutuskan untuk diam, dan terus melangkahkan kakiku yang terasa kaku-_-


***


 “Jung Hana!”


DEG!

Tadi dia memanggilku? bukankah dia tidak membuka mulutnya? Apa aku gila jika berfikir hati yang 
bicara? Shit!

Aku menelan ludah berat, hatiku serasa meledak dalam beberapa detik, jiwa ragaku seakan goyah, kita berpapasan, entah raut muka seperti apa yang aku pasang tadi, aku merasa benar-benar gila!

Aku mencoba tenang dalam keadaan seperti ini, aku merasa ini hanya mimpi yang tak berujung.Ya ini hanya mimpi,Jung Hana.



***


Hampir 2 jam aku duduk lesu di Teras Masjid, hanya sedikit kata yang terlontar dari mulutku, aku masih memikirkan hal tadi, sedikit tapi hampir membuatku down. 

Aku hanya berharap ini sebuah mimpi, atau aku berada di rumah sakit belum siuman akibat menghirup gas beracun dan setelah siuman aku lupa tentang hal ini. Ah semoga saja..


***


“Hei! Jangan melamun nanti ada yang masuk loh” Jae Rin menepuk pundakku.

“Galau yes?” Seo Ha menimpali.

“Iya galau. Galau karena punya teman kaya kalian” jawabku sengenanya.

Tidak lama kemudian beberapa mahasiswa mulai berdatangan, hah~ bosan mulai melanda.


***


Aku sedikit merapat ke tembok, apa lagi kalau bukan untuk menyandarkan pundakku yg mulai kaku.
 Sedikit aku memainkan ponselku, dan ya~ tidak ada yang menarik, aku letakkan kembali ke saku rok panjangku.


***


Aku mencoba melirik sekitar memandangi betapa banyaknya orang disini. Sudah bosan ditambah harus berada di tengah banyak orang -_-


Aku melempar pandanganku, menerawang kearah yang lebih jauh.
Kudapati sosok yang sedang mengobrol dengan temannya, entah apa yang mereka bicarakan hingga keduanya tertawa lepas.

Aku terus memandangi kedua sosok tadi, walau blur yang kudapati karena tidak kukenakan kacamataku.
Entah apa yang ada dipikiranku, masih saja aku menyimak pembicaraan dua orang yang jelas-jelas tidak terlihat jelas dimataku dan tidak terdengar ditelingaku, aku memandanginya hingga pembicaraan mereka usai.


***

Kudapati seseorang yang masih berdiri disana, sepertinya dia tersenyum dan melambaikan tangan pada teman bicaranya tadi.

‘Hah~ betapa kerennya pertemanan dua orang itu’ gumamku

Sosok itu tepat lurus dipandanganku, sepertinya memang lurus, wajahnya saja menghadap kearahku, dia tersenyum. Tanpa berpikiran macam-macam, mungkin dia hanya ingin menyapa temannya yg duduk tepat didepanku.



***


AKU SALAH!

Orang yang duduk didepanku bangkit dari duduknya dan melangkah pergi, keanehan mulai aku rasakan. Sosok itu masih tegap menghadap kearahku, dan secara tidak langsung kita bertatap muka tanpa ada penghalang satupun.


GLEK!


Perlahan kuraih kacamata dari kerah bajuku, dan mulai kukenakan. Saat itulah aku kaget bukan kepalang. orang itu, orang yang tadi berpapasan denganku, orang yang terus memandangiku sampai sebegitu intimnya, orang yang aku puji-puji karena kesopanannya.


DEG!
DEGG!!


***


“Jung Hana, Ini aku!” Dia tersenyum.

‘Apa dia memanggilku dengan hatinya lagi?’ aku melongo.




***


Sejak saat itu aku mulai sedikit percaya dengan hal-hal aneh, dengan apa yang kudengar,  dengan apa yang kulihat, dan apa yang ku rasakan  :)


-END-












Tidak ada komentar:

Posting Komentar