Title : When
heart is calling
Author :
Tannia Desy Utami a.k.a Han SungMi
Genre :
Romance, Friendship, Galau
Summary : ”
Jika suatu saat pandangan kita bertemu satu sama lain, itu adalah takdir
terindahku…”
-HAPPY READING-
Sinar
matahari pagi menyeruak, menembus masuk tirai gordeng kamar kostku.
Suara burung pagi mulai menyapaku secara
bergantian, tidak lama setelahnya terdengar samar suara tapak langkah kaki dari
luar ruang kamarku yang memang tak jauh dari jalanan gang kecil.
***
Entah apa
yang membuatku malas untuk bangkit dari tidurku.
Lama aku berfikir sejenak
dengan apa yang telah terjadi semalam.
Ya. aku baru
ingat, semalam aku menangis kecil dalam tidurku, menangis hanya karena
memikirkan hal-hal sepele dan berujung teringat pada peristiwa dimana perasaan
malu, emosi juga perasaan ingin terjun dari lantai 4 gedung kampus merajai
otakku.
***
Aku mulai
bangkit perlahan, bangun dengan keadaan otak, jiwa juga raga yang seakan belum
terkoneksi. Melelahkan? Tidak! Justru perasaan semalamlah yang membuatku lelah.
Perlahan
mulai kudekati cermin dikamar, kupandangi muka lusuh akibat galau semalam. Mata
sembab dengan kantung mata yang condong kebawah, muka penuh minyak akibat malas
cuci muka sebelum tidur, juga rambut yang tak kalah berantakan.
Aku menguap
sembari menekan nekan kantung mata besarku
“Benarkah separah ini?”
***
Aku
bergumam, melirik sekitar kamar, dan kudapati teman sekamarku yang baru saja
bangun dari tidurnya. Dia melirikku, aku tau dia sepertinya ingin menanyakan
sesuatu, tapi aku pura-pura tak tau, aku hanya takut ketahuan kalau semalam aku
menggila, menangis hanya karena hal yang, ah bahkan aku mulai malas membahasnya
lagi.
Segera
kutarik handuk yang tak jauh dari jangkauanku, yang ada dipikiranku saat itu
hanya mandi, mungkin dengan mandi bisa menghilangkan bekas sialan dimata ini.
***
“Ah sial,
adakah di dunia ini program install ulang otak manusia?”
Menggumam
saat mandi, itulah salah satu kebiasaan gilaku.
Aku merasa
gila,dan hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulutku sejak tadi malam.
Aku merasa
tambah tak karuan, kusudahi acara mandiku dan bersiap-siap berangkat ke kampus.
Sebenarnya hari itu hari paling malas pergi ke kampus, malas menundukkan
kepala, malas mengumbar senyum hanya karena ingin menyatakan aku baik baik saja
, dan lebih malas bertemu orang yang justru tak ingin dilihat juga tak ingin
tau keberadaannya. Ah shit, mulai kebawa emosi lagi!!
***
Selesai
kuliah aku langsung menuruni tangga kampus menuju masjid, sudah aku katakan
bukan? Saat itu aku
pasti tersenyum, senyum dengan keadaan batin yang porak
poranda-_-
***
“Jung Hana!”
Aku
menghentikan langkahku, menengok kearah belakang, membelokkan badanku tepat
180derajat, mencari sumber suara yang jelas-jelas aku mendengarnya.
Lama aku
pandangi sekeliling tapi ‘nihil’.Dari situ aku merasa tambah tak karuan, aku
merasa otakku dipenuhi jaring laba-laba yang tak berpenghuni.
“ini gila!”
Pikiranku
mulai kacau, kuseret kedua kakiku melangkah mengikuti teman-temanku yang sudah
agak jauh dari tempatku.
***
#Next Day
Masih sama
seperti hari kemarin, malas ke kampus!
Ah, sialnya
aku benar-benar malas berangkat. Sedikit kegalauan kemarin malam masih saja
bersarang di otak.
Aku berjalan
sedikit tak bergairah, bagaimana tidak, ini panas!
***
Teman sekamarku
berjalan mendahuluiku, aku sedikit berjalan cepat mengikutinya dari belakang.
“Jalan
pelan-pelan ini panas.” Sahutku
“Justru karena
panas kita harus cepat.” Balasnya tanpa menoleh kearahku
Ah ya benar
ini panas, aku tidak memikirkan seberapa panas cuaca sekarang, aku hanya merasa
panas pada hatiku.
***
Memasuki
gerbang kampus, aku merasakan sedikit keanehan, entah apa itu, hanya saja
seperti ada sepasang mata yang sedang memandangiku dari kejauhan, sepasang mata
yang tidak seperti biasanya, bukan seseorang yang akrab denganku, bukan juga mata
yang aku kenal, ah sial aku gugup!
Aku berjalan
cepat menaiki tangga kampus, tak menghiraukan orang disekelilingku, aku hanya
terfokus pada pijakanku pada anak tangga.
2 space
2 space
Begitu
seterusnya
Tidak
seperti hari biasa, menaiki tangga dengan hati-hati dan hanya dengan selisih 1
space, Kali ini aku mengambil langkah cepat, membuka lebar kakiku agar bisa
menjangkau 2 space anak tangga, apalagi kalau bukan ingin cepat sampai kelas.
***
Seusai
perkuliahan aku merasa sedikit mendapatkan ketenangan, merasa menjadi diriku
sendiri, rempong seperti biasa, tertawa lepas seperti biasanya.
‘Ah thanks a lot my besties, cause all of you
I can laugh like an idiot.’ Gumamku dalam hati
Perasaan
tercekik kegugupan juga kegalauan 2 hari lalu kini perlahan mulai sirna, aku
bersyukur, bersyukur karena diberi teman-teman yang selalu menerima, menyapa
setiap tangan yang membutuhkan pelukan hangat sahabatnya, walau mereka tidak
tau persis apa yang aku rasakan.
***
“Jung Hana!”
DEG!
‘Bukankah
itu suara kemarin?’
Perlahan kuraih
kacamataku yang kugantungkan di kerah baju, mengenakannya sesegera mungkin,
mencoba menemukan orang yang menurutku sedang mengisengiku. Tahukan kalian apa
yang kutemukan? Yes, NIHIL!
“Jung Hana,
apa yang kau lakukan? Cepatlah!” Min Ji teman sekamarku memanggilku dari
kejauhan.
“Kau sedang
apa? Cepat, ini sudah masuk waktu shalat” Ye Jin mulai menimpali
Aku tidak menjawab
mereka, mataku masih mencari ke tiap penjuru kampus. Dua detik kemudian aku
merasa gugup.
‘ belum
cukupkah kegilaan ini?’ Ah sialan, hanya
karena ini aku benar-benar menjadi calon orang idiot.
***
Segera aku
berlari kecil menghampiri sahabatku menuruni tangga.
Ada yang tak
biasa saat aku perlahan mulai menuruni tangga,di bawah sana aku mendapati sosok aneh. Bagaimana tidak,
orang itu terus melihatku.
Dia mulai menaiki tangga dengan mata yang masih
tertuju padaku, seketika aku gugup, langsung aku menoleh kearah lain, berusaha
tidak mempedulikannya, dan tentu berusaha menghindari matanya. Aku bukan takut,
aku hanya saja merasa kegugupan yang menggila.
‘Ah sial!’
Jarakku
dengan orang itu semakin dekat, hingga aku memutuskan untuk berusaha tenang dengan
mengajak bicara Hye Min. Mungkin ini
cara kampungan, tapi setidaknya aku bisa sedikit terhindar dari rasa gugup.
***
Aku berusaha menanyakan hal-hal konyol pada
temanku, dan tentu saja dia menjawab dengan kekonyolannya, kita tertawa, Yes!
Dan saat
itulah aku dan orang itu hampir berpapasan, matanya sedikit melirikku, dan
anehnya bukan lirikan sinis atau semacamnya yang aku dapat, melainkan aku
merasa dia orang baik. Aku diam, tidak tau hal konyol apa lagi yang harus aku
tanyakan pada temanku, aku mencoba
mengatur nafas, ini gila aku gugup!
Aku memutuskan untuk diam, dan terus
melangkahkan kakiku yang terasa kaku-_-
***
“Jung Hana!”
DEG!
Tadi dia
memanggilku? bukankah dia tidak membuka mulutnya? Apa aku gila jika berfikir
hati yang
bicara? Shit!
Aku menelan
ludah berat, hatiku serasa meledak dalam beberapa detik, jiwa ragaku seakan
goyah, kita berpapasan, entah raut muka seperti apa yang aku pasang tadi, aku
merasa benar-benar gila!
Aku mencoba
tenang dalam keadaan seperti ini, aku merasa ini hanya mimpi yang tak
berujung.Ya ini hanya mimpi,Jung Hana.
***
Hampir 2 jam
aku duduk lesu di Teras Masjid, hanya sedikit kata yang terlontar dari mulutku,
aku masih memikirkan hal tadi, sedikit tapi hampir membuatku down.
Aku hanya
berharap ini sebuah mimpi, atau aku berada di rumah sakit belum siuman akibat
menghirup gas beracun dan setelah siuman aku lupa tentang hal ini. Ah semoga
saja..
***
“Hei! Jangan
melamun nanti ada yang masuk loh” Jae Rin menepuk pundakku.
“Galau yes?”
Seo Ha menimpali.
“Iya galau.
Galau karena punya teman kaya kalian” jawabku sengenanya.
Tidak lama
kemudian beberapa mahasiswa mulai berdatangan, hah~ bosan mulai melanda.
***
Aku sedikit
merapat ke tembok, apa lagi kalau bukan untuk menyandarkan pundakku yg mulai
kaku.
Sedikit aku memainkan ponselku, dan ya~ tidak
ada yang menarik, aku letakkan kembali ke saku rok panjangku.
***
Aku mencoba
melirik sekitar memandangi betapa banyaknya orang disini. Sudah bosan ditambah
harus berada di tengah banyak orang -_-
Aku melempar
pandanganku, menerawang kearah yang lebih jauh.
Kudapati
sosok yang sedang mengobrol dengan temannya, entah apa yang mereka bicarakan
hingga keduanya tertawa lepas.
Aku terus
memandangi kedua sosok tadi, walau blur yang kudapati karena tidak kukenakan kacamataku.
Entah apa
yang ada dipikiranku, masih saja aku menyimak pembicaraan dua orang yang
jelas-jelas tidak terlihat jelas dimataku dan tidak terdengar ditelingaku, aku
memandanginya hingga pembicaraan mereka usai.
***
Kudapati
seseorang yang masih berdiri disana, sepertinya dia tersenyum dan melambaikan
tangan pada teman bicaranya tadi.
‘Hah~ betapa
kerennya pertemanan dua orang itu’ gumamku
Sosok itu
tepat lurus dipandanganku, sepertinya memang lurus, wajahnya saja menghadap
kearahku, dia tersenyum. Tanpa berpikiran macam-macam, mungkin dia hanya ingin
menyapa temannya yg duduk tepat didepanku.
***
AKU SALAH!
Orang yang
duduk didepanku bangkit dari duduknya dan melangkah pergi, keanehan mulai aku
rasakan. Sosok itu masih tegap menghadap kearahku, dan secara tidak langsung
kita bertatap muka tanpa ada penghalang satupun.
GLEK!
Perlahan
kuraih kacamata dari kerah bajuku, dan mulai kukenakan. Saat itulah aku kaget
bukan kepalang. orang itu, orang yang tadi berpapasan denganku, orang yang terus
memandangiku sampai sebegitu intimnya, orang yang aku puji-puji karena
kesopanannya.
DEG!
DEGG!!
***
“Jung Hana,
Ini aku!” Dia tersenyum.
‘Apa dia
memanggilku dengan hatinya lagi?’ aku melongo.
***
Sejak saat
itu aku mulai sedikit percaya dengan hal-hal aneh, dengan apa yang kudengar, dengan apa yang kulihat, dan apa yang ku rasakan :)
-END-